1. Apa konsep kependudukan menurut generasi& pembangunan yang berkelanjutan.

Dimensi Kependudukan
Dalam Pembangunan Berkelanjutan

Pendahuluan
Pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang secara berkelanjutan mengoptimalkan manfaat dari sumber alam dan sumberdaya manusia dengan cara menyerasikan aktivitas manusia sesuai dengan kemampuan sumber alam yang tersedia. Secara implisit pengertian diatas mengandung makna beberapa aspek yaitu:
1. Proses pembangunan berlangsung secara berlanjut dan didukung oleh sumber alam dengan kualitas lingkungan dan manusia semakin berkembang;
2. Sumber alam terutama udara, air dan tanah, memiliki ambang batas dimana pemanfaatan yang berlebihan akan menyebabkan berkurangnya kuantitas dan kualitas sumberdaya alam sehingga mengurangi kemampuannya mendukung kehidupan umat manusia;
3. Kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup, sehingga semakin baik mutu kualitas lingkungan semakin positif pengaruhnya pada kualitas hidup, yang antara lain tercermin pada meningkatnya usia harapan hidup, turunnya tingkat kematian, dan lain-lain;
4. Pembangunan berkelanjutan memungkinkan generasi sekarang meningkatkan kesejahteraannya tanpa mengurangi kemungkinan lagi generasi masa depan juga dapat meningkat kesejahteraannay.
Konsep pembangunan berkelanjutan memberikan dampak adanya batas, bukan batas absolut akan tetapi batas yang ditentukan oleh tingkat masyarakat dan organisasi sosial, mengenai sumberdaya alam serta kemampuan bisofer menyerap pelbagai pengaruh dari kativitas manusia. Teknologi dan organisasi dapat dikelola dan ditingkatkan guna memberi jalan bagi era baru pembangunan ekonomi.
Dengan demikian strategi pembangunan berkelanjutan bermaksud mengembangkan keselarasan baik antara umat manusia dengan alam. Keselarasan tersebut tentunya tidak bersifat tetap, melainkan merupakan suatu proses yang dinamis. Proses pemanfaatan sumberdaya, arah investasi, orientasi pengembangan teknologi, serta perubahan kelembagaan diselenggarakan secara konsisten dengan kebutuhan masa kini dan masa depan. Oleh karena itulah dalam pembangunan berkelanjutan, proses pembangunan ekonomi harus disesuaikan dengan kondisi penduduk serta sumberdaya alam dan lingkungan yang ada di suatu wilayah tertentu.



Kependudukan dalam Pembangunan Nasional
Beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa kependudukan merupakan faktor yang sangat strategis dalam kerangka pembangunan nasional, antara lain adalah:
kependudukan, atau dalam hal ini adalah penduduk, merupakan pusat dari seluruh kebijaksanaan dan program pembangunan yang dilakukan. Dalam GBHN dengan jelas dikemukakan bahwa penduduk adalah subyek dan obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan maka penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan. Sebaliknya, pembangunan juga harus dapat dinikmati oleh penduduk yang bersangkutan. Dengan demikian jelas bahwa pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk dalam arti yang luas.Dan juga keadaan dan kondisi kependudukan yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan kualitas penduduk yang memadai akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya jumlah penduduk yang besar jika diikuti dengan tingkat kualitas yang rendah, menjadikan penduduk tersebut sebagai beban bagi pembangunan.Apa yang dapat dipelajari dari krisis ekonomi yang berlangsung saat ini adalah bahwa Indonesia telah mengambil strategi pembangunan ekonomi yang tidak sesuai dengan potensi serta kondisi yang dimiliki. Walaupun pada saat ini indikator makro ekonomi seperti tingkat inflasi serta pertumbuhan ekonomi telah menunjukkan kearah perbaikan, namun terlalu dini untuk mengatakan telah terjadi perkembangan ekonomi secara fundamental. Lagi pula tidak ada suatu jaminan bahwa Indonesia tidaka akan kembali mengalami krisis dimasa mendatang, jika faktor-faktor mendasar belum tersentuh sama sekali. Ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri yang dipandang sebagai pangkal permasalahan krisis ekonomi saat ini masih belum dapat diselesaikan. Bahkan ada kecenderungan ketergantungan Indonesia terhadap pinjaman luar negeri ini menjadi semakin mendalam. Ketergantungan terhadap pinjaman luar negeri tersebut tidak akan berkurang jika pemerintah tidak melakukan perubahan mendasar terhadap strategi pembangunan ekonomi yang ada pada saat ini. Diperlukan suatu strategi baru dalam pembangunan ekonomi dengan mengedepankan pembangunan ekonomi berwawasan kependudukan sehingga dicapai pembangunan yang berkelanjutan.
Pengertian Pembangunan Berwawasan Kependudukan
Apa yang dimaksud dengan pembangunan berwawasan kependudukan? Secara seerhana pembangunan berwawan kependudukan mengandung dua makna sekaligus yaitu, pertama, pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada. Penduduk harus dijadikan titik sentral dalam proses pembangunan. Penduduk harus dijadikan subyek dan obyek dalam pembangunan. Pembangunan adalah oleh penduduk dan untuk penduduk. Makna kedua dari pembangunan berwawasan kependudukan adalah pembangunan sumberdaya manusia. Pembangunan yang lebih menekankan pada peningkatan kualitas sumberdaya manusia dibandingkan dengan pembangunan infastruktur semata.
Mengapa selama ini Indonesia mengabaikan pembangunan berwawasan kependudukan? Hal ini tidak lain karena keinginan pemerintah untuk mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang harus senantiasa tinggi. Pertumbuhan ekonomi menjadi satu-satunya ukuran keberhasilan pembangunan nasional. Walaupun Indonesia memiliki wawasan trilogi pembangunan yaitu pertumbuhan, pemerataan, dan stabilitas, namun pada kenyataannya pertumbuhan senantiasa mendominasi strategi pembangunan nasional.
Strategi pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan tanpa melihat potensi penduduk serta kondisi sumberdaya alam dan lingkungan yang ada nyatanya tidaklah berlangsung secara berkesinambungan (sustained). Jika dikaitkan dengan krisis ekonomi dewasa ini, terjadinya krisis tersebut tidak lepas dari kebijaksanaan ekonomi yang kurang mengindahkan dimensi kependudukan dan lingkungan hidup. Strategi ekonomi makro yang tidak dilandasi pada situasi/kondisi ataupun potensi kependudukan yang ada menyebabkan pembangunan ekonomi tersebut mejadi sangat rentan terhadap perubahan. Belum terjadi strategi pembangunan yang serius berorientasi pada aspek kependudukan selama ini.

Manfaat mengintegrasikan Dimensi Kependudukan Dalam Perencanaan Pembangunan
Pembangunan kependudukan adalah pembangunan sumberdaya manusia. Berbagai studi dan literatur memperlihatkan bahwa kualitas sumberdaya manusia memegang peranan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam jangka pendek investasi dalm sumberdaya manusia memang nampak sebagai suatu upaya yang “sia-sia”. Naum dalam jangka panjang investasi tersebut justru mendorong pertumbuhan ekonomi. Johnson dan Lee (1987) melakukan analisis regresi terhadapa pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi pada 75 negara berkembang. Dua ukuran pertumbuhan ekonomi yang dipergunakan yaitu GNP pada tahun 1987 dan GNP per capita antara tauhun 1980–1987. pertumbuhan penduduk dibagi menjadi dua bagian yaitu pertumbuhan penduduk masa lalu yaitu pertumbuhan penduduk per tahun antara 1965–1980 dan pertumbuhan penduduk saat ini yaitu pertumbuhan penduduk per tahun antara tahun 1980–1987. pembagian ini dilakukan karena adanya dampak jangka pendek dan jangka panjang dari pertumbuhan penduduk itu terhadap pertumbuhan ekonomi. Studi tersebut menemukan hubungan bahwa pertumbuhan penduduk yang tinggi antara tahun 1980-1987 berhubungan dengan rendahnya GNP per kapita pada tahun 1987 dan juga berhubungan dengan rendahnya pertumbuhan GNP antara tahun 1980–1987
Demikian pula berbagai studi dan literatur memperlihatkan bahwa investasi dalam kesehatan dan pendidikan dalam jangka panjang berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Studi yang dilakukan oleh Rosenzwig (1988) misalnya menemukan hubungan positif sebesar 0.49 antara enrollment rate sekolah dasar dari wanita usia 10–14 tahun terhadap peningkatan GNP per kapita. Demikian pula ditemukan hubungan positif sebesar 0.54 antara tingkat melek huruf dengan pertumbuhan GNP per kapita. Studi tersebut dilakukan atas data makro dari 94 negara berkembang.
Dalm hal mengintegrasikan dimensi kependudukan dalam perencanaan pembangunan (baik nasional maupun daerah) maka manfaat paling mendasar yang diperoleh adalah besarnya harapan bahwa penduduk yang ada didaerah tersebut menjadi pelaku pembangunan dan penikmat hasil pembangunan. Itu berarti pembangunan berwawasan kependudukan lebih berdampak besar pada peningkatan kesejahteraan penduduk secara keseluruhan dibanding dengan orientasi pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth). Dalam pembangunan berwawasan kependudukan ada suatu jaminan akan berlangsung proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan berwawasan kependudukan menekankan pada pembangunan lokal, perencanaan berasal dari bawah (bottom up planning), disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat lokal, dan yang lebih penting adalah melibatkan seluruh lapisan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan.
Sebaliknya orientasi pembangunan pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan membawa pada peningkatan ketimpangan pendapatan. Industrialisasi dan liberalisasi yang terlalu cepat memang akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas namun sekaligus juga meningkatkan pengangguran dan setengah menganggur. Sebagaimana yang terlihat selam ini di Indonesia. Demikian pula dalam pertumbuhan (growth) ada yang dinamakan dengan ‘limit to growth’. Konsep ini mengacu pada kenyataan bahwa suatu pertumbuhan ada batasnya. Jika batas dari terlampaui maka yang kemudian terjadi adalah terjadinya ‘pemusnahan’ atas hasil-hasil pembangunan tersebut. Nampaknya ini yang sedang berlangsung di Indonesia dengan terjadinya krisis ekonomi sekarang ini. Jika diingat beberapa tahun yang lalu selalu ada peringatan bahwa perekonomian kita terlalu memanas dan lain sebagainya. Itu tidak lain adalah kata lain bahwa pertumbuhan ekonomi kita sedang memasuki apa yang disebut dengan “limit to growth’. Bnahwa pertumbuhan ekonomi tersebut tidak dapat dipacu lebih tinggi lagi dengan melihat pada kondisi fundamental yang ada.
Ada beberapa kritik lagi yang ditujukan kepada konsep pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan, yaitu: (1) prakasa biasanya dimulai dari pusat dalam bentuk rencana formal; (2) proses penyusunan program bersifat statis dan didominasi oleh pendapat pakar dan teknokrat; (3) teknologi yang digunakan biasanya bersifat ‘scientific’ dan bersumber dari luar; (4) mekanisme kelembagaan bersifat ‘top-down’; (5) pertumbuhannya cepat namun bersifat mekanistik; (6) organisatornya adalah para pakar spesialis; dan (7) orintasinya adalah bagaimana menyelesaikan program/proyek secara cepat sehingga mampu menghasilkan pertumbuhan. Dengan melihat pada kreteria di atas nampak bahwa peranan penduduk lokal dalam proses pembangunan sangat sedikit.
Pembangunan berwawasan kependudukan menurut pada strategi pembangunan yang bersifat ‘bottom-up planning’. Melalui pendekatan ini, tujuan utama seluruh proses pemabngunan adalah lebih memeratakan kesejahteraan penduduk daripada mementingkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Karena itu pendekatan ‘bottom-up’ berupaya mengoptimalkan penyebaran sumberdaya yang dimiliki dan potensial ke seluruh wilayah dan membangun sesuai dengan potensi dan masalah khusus yang dihadapi oleh daerah masing-masing.
Saat ini banyak pemerintah di negara-negara berkembang mengikuti aliran ‘bottom-up planning’ dengan maksud lebih menyeimbangkan pelaksanaan pemabngunan, dalam arti memanfaatkan ruang dan sumberdaya secara lebih efisien. Pendekatan bottom-up mengisyaratkan kebebasan daerah atau wilayah untuk merencanakan pembangunan sendiri sesuai dengan keperluan dan keadaan daerah masing-masing. Oleh karena itu otonomi yang seluas-luasnya perlu diberikan kepada masing-masing daerah agar mampu mengatur dan menjalankan berbagai kebijaksanaan yang dirumuskan sendiri guna peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah atau kawasan yang bersangkutan. Melalui otonomi daerah, yang berarti adalah desentralisasi pembangunan, maka laju pertumbuhan antar daerah akan semakin seimbang dan serasi, sehingga pelaksanaan pembangunan nasional serta hasil-hasilnya semakin merata di seluruh Indonesia.

Ada beberapa ciri kependudukan Indonesia dimasa depan yang harus dicermati dengan benar oleh para perencana pembangunan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Beberapa ciri tersebut antara lain adalah:
1. Penduduk Dimasa Depan Akan Semakin Tinggi Pnedidikannya. Penduduk yang makin berpendidikan dan sehat akan membentuk sumber daya manusia yang makin produktif. Tantangannya adalah menciptakan lapangan kerja yang memadai. Sebab bila tidak, jumlah penganggur yang makin berpendidikan akan bertambah. Keadaan ini dengan sendirinya merupakan pemborosan terhadap investasi nasional. Karena sebagian besar dana tercurah dalam sektor pendidikan, disamping kemungkinan terjadinya implikasi sosial lainnya yang mungkin timbul.
2. Penduduk Yang Makin Sehat Dan Angka Harapan Hidup Naik. Usia harapan hidup yang tinggi dan jumlah penduduk lanjut semakin besar akan juga menuntut kebijaksanaan-kebijaksanaan yang serasi dan sesuai dengan perubahan tersebut. Suatu tantangan pula untuk dapat memanfaatkan panduduk usia lanjut yang masih potensial agar dapat dimanfaatkan sesuai pengetahuan dan pengalamannya.
3. Penduduk Akan Bergeser Ke Usia Yang Lebih Tua. Pada saat ini di Indonesia telah terjadi proses transisi umur penduduk Indonesia dari penduduk muda ke pensusuk tua (ageing process). Pergeseran struktur umur muda ke umur tua produktif akan membawa konsekuensi peningkatan pelayanan pendidikan terutama pendidikan tinggi dan kesempatan kerja. Sedang pergeseran struktur umur produktif ke umur tua pada akhirnya akan mempunyai dampak terhadap persoalan penyantunan penduduk usia lanjut. Bersamaan dengan perubahan sosial ekonomi diperkirakan akan terjadi pergeseran pola penyantunan usia lanjut dari keluarga kepada institusi. Apabila hal ini terjadi, maka tanggung jawab pemerintah akan semakin berat.
4. Penduduk Yang Tinggal di Perkotaan Semakin Banyak. Seiring dengan peningkatan status sosial ekonomi masyarakat, presentase penduduk yang tinggal diperkotaan meningkat dari tahun ke tahun. Masalah urbanisasi akan menjadi masalah yang semakin meninjol. Meningkatnya sarana perhubungan dan komunikasi antar daerah, termasuk di daerah perdesaan, menyebabkan orang dari perdesaan tidak perlu lagi melakukan migrasi dan berdiam di daerah perkotaan. Mereka cukup menuju daerah perkotaan manakala diperlukan. Hal ini dapat dilakukan dalam kurun waktu harian, mingguan, bahkan bulanan. Dengan semakin berkembangnya sarana transportasi dan komunikasi, pola mobilitas penduduk seperti itu akan semakin banyak dilakukan, sementara migrasi permanen cenderung akan makin menurun.
5. Jumlah Rumahtangga akan Meningkat namun Ukurannya Makin Kecil. Perubahan pola kelahiran dan kematian akan berpengaruh pada struktur rumahtangga. Dimasa depan ukuran rumahtangga akan semakin mengecil, namun jumlahnya akan semakin banyak. Dengan makin sedikitnya jumlah anak yang dimiliki dan disertai dengan peningkatan kesehatan penduduk, seiring tingkat pendidikan dan keterampilan yang lebih baik, memberikan kesempatan pula bagi individu maupun keluarga untuk melakukan mobilitas kedaerah lain. Apalagi bilamana otonomi daerah dilaksanakan sesuai aturan dan keperluannya.
6. intensitas Mobilitas Penduduk Yang Makin Tinggi. Mobilitas penduduk yang makin tinggi baik secara internal maupun internasional menuntut jaringan prasarana yang makin baik dan luas. Selain itu akan membawa kepada pergeseran norma-norma masyarakat, seperti ikatan keluarga dan kekerabatan. Kesemuanya ini dapat membawa dampak yang berjangka panjang terhadap perubahan sosial budaya masyarakat.
7. Masih Tingginya Pertumbuhan Angkatan Kerja. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi, maka laju pertumbuhan angkatan kerjanya pun cukup tinggi. Permasalahan yang ditimbulkan oleh besarnya jumlah dan pertumbuhan angkatan kerja tersebut disatu pihak menuntut kesempatan kerja yang lebih besar. Dipihak lain menuntut pembinaan angkatan kerja itu sendiri agar mampu menghasilkan keluaran yang lebih tinggi sebagai prasyarat untuk memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas.
8. Terjadi Perubahan Lapangan Kerja. Sejalan dengan perkembangan ekonomi dan pembangunan pada umunmnya, Lalu pada akhirnya akan menuju lapangan kerja tersier atau sektor jasa. Berbagai ciri dan fenomena diatas sudah sepantasnya diamati secara seksama, dalam rangka menetapkan alternatif kebijaksanaan selanjutnya.

Penutup
Krisis ekonomi yang masih berlangsung dewasa ini telah berhasil memberikan pelajaran bahwa pembangunan yang mengejar pertumbuhan dan dilakukan tanpa melihat kondisi dan potensi penduduk serta sumberdaya alam dan lingkungan hidup, tidak akan bersifat kberkesinambungan. Pada masa dan pasca krisis ekonomi, perhatian terhadap masalah kependudukan dan lingkungan harus tetap dilakukan, terutama menyangkut upaya mengembangkan pemabngunan berwawasan kependudukan (people-centered-development). Ketidak pedulian terhadap isu pemabangunan berwawasan kependudukan akan menyebabkan Indonesia kembali menghadapi situasi krisis yang sama pada beberapa tahun mendatang. Justru perkembangan ini yang perlu diwaspadai, bahkan harus dihindarkan semampu mungkin.
Dalam kondisi keuangan negara yang semakin terbatas dan dengan derasnya tuntutan politik dalam dan luar negeri, perencanaan pembangunan yang bersifat ‘bottom-up’ menjadi sangat penting. Dalam hal inimasing-masing daerah dituntut harus dapat memanfaatkan keuangan negara yang semakin terbatas untuk mencapai tujuan pemabngunan, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerahnya.
Pemabanguan yang hanya mengejar pertumbuhan terbukti tidak berlangsung secara berkesinambungan dan tidak dinikmati oleh seluruh masyarakat, sehingga filosofi sebagai subyek dan obyek pembangunan tidak tercapai. Pembangunan tidak dirasakan sebagai milik rakyat, sehingga tidak mengakar. Apa yang terjadi kemudian adalah jika terjadi sedikit gejolak (seperti apa yang sedang dialami saat ini), maka gejolak tersebut menjadi sulit untuk diatasi, dan masyarakat menjadi kurang berpartisipasi dalam mengatasi gejolak yang ada. Hal ini disebabkan mereka tidak pernah merasa memiliki dan merasakan hasil pemabangunan itu sendiri.

Daftar Pustaka

Ananta, Aris, Ismail Budhiarso dan Turro S. Wongkaren. 1995, “Revolusi Demografi dan Peningkatan Sumber Daya Manusia” dalam buku: Prospek Ekonomi Indonesia Jangka Pendek: Sumber Daya, Teknologi dan Pembangunan, editor Mohamad Arsyad Anwar, Faisal H. Basri, Mohamad Ikhsan. Jakarta: Kerjasama Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia dengan Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Moeljarto Tjokrowinoto, 1996, Pembangunan: Dilema dan Tantangan, Pustaka Pelajar, Jakarta
Prijono Tjiptoherijanto, 1999, Economic Crisis and Recovery: The Indonesia’s Case, makalah disampaikan pada “The EWCA Regional Conference in the Philippines on Asia the Pacific in the Millenium: Challenges, Opportunities & Responses”, Manila, Philippines, 28-29 January 1999
Rosenzwig, Mark R. 1998, Human Capital population Growth, and Economic Development, Journal of Policy Modelling, special Issue on Population Growth and Economic Development.













2. Apa konsep ke masyarakatan& ke budayaan yg ada hubungan antara keluarga, individu dan masyarkat?

- Kebudayaan antara individu
perilaku budaya belajar melalui enkulturasi. Mengakui dan menerima bahwa individu-individu dari berbagai latar belakang budaya mungkin menginginkan berbagai tingkat akulturasi ke dalam budaya yang dominan. Life cycle factors must be considered in interactions with individuals and. faktor-faktor siklus hidup harus diperhatikan dalam interaksi dengan individu dan keluarga (misalnya nilai tinggi ditempatkan pada keputusan tua-tua, peran tertua laki-laki atau perempuan dalam keluarga, atau peran dan harapan anak-anak dalam keluarga). Kebudayaan adalah tidak hanya ditentukan oleh etnis tetapi oleh faktor seperti geografi, usia, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, dan status sosial ekonomi. Memahami bahwa faktor usia dan siklus hidup harus diperhatikan dalam interaksi dengan semua individu dan keluarga.

- Kebudayaan dalam keluarga

Apa hubungan kebudayaan dengan keluarga ?
Saya mendefinisikan budaya sebagai "Suatu bentuk khusus dari peradaban, terutama kepercayaan, adat istiadat, seni, dan lembaga sebagai masyarakat pada waktu tertentu." Keluarga budaya adalah cara unik yang membentuk keluarga sendiri dalam hal aturan, peran, kebiasaan, kegiatan, keyakinan, dan daerah lainnya. Saya mendefinisikan sector sebagai Sebuah peradaban Bentuk tertentu, terutama kepercayaan, adat istiadat, Seni, dan diberikan sebagai Lembaga Masyarakat. Budaya ras atau etnis di mana suatu kehidupan keluarga yang kuat dapat mempengaruhi budaya keluarga. Atau etnis sector ras di mana suatu kehidupan Keluarga Yang KUAT dapat mempengaruhi sector Keluarga. keluarga lainnya tidak lagi terikat dengan norma-norma budaya kelompok etnis atau ras. Keluarga Lainnya Lagi regular tidak terikat norma-norma Artikel Baru sector Kelompok etnis atau rasial mereka. Setiap keluarga berbeda, setiap keluarga memiliki budaya sendiri '. Terkait masih berlangsung berbeda Keluarga, terkait masih berlangsung Keluarga memiliki sector nya Sendiri '.

Apa Wilayah Utama Kebudayaan Keluarga? Apa Pentingnya Keluarga dan Kebudayaan ?

Jika kita menjadi keluarga budaya kompeten, kita perlu mengetahui bagaimana sebuah keluarga beroperasi. Antara lain, kita melihat bidang-bidang berikut fokus: Jika Kita menjadi Keluarga sector kompeten, Kita perlu mengetahui bagaimana sebuah Keluarga FOKUS beroperasi. Antara lain, Kita Melihat hal berikut:

* Apa yang orangtua seperti kebanyakan tentang anak-anak mereka (mencari preferensi orang tua dan perbedaan) Apa Yang Pembongkaran kebanyakan orangtua mereka Tentang anak-anak (Mencari preferensi Orang tua dan penyusutan)
* Kita bertanya apa tujuan mereka - apa hidup akan terlihat seperti jika hal yang lebih baik. Kami bertanya APA Composition Komposisi mereka - APA Hidup Pembongkaran akan terlihat jika Yang Baik lebih hal.
* Kami meminta orang tua apa tujuan mereka untuk anak-anak mereka. Kami meminta Orang tua APA Composition Komposisi mereka untuk anak-anak mereka.
* Kami mencari tahu tentang apa yang mereka lihat sebagai prestasi terbesar mereka. Tentang Kami Mencari industri tahu APA Yang mereka modem.jpg sebagai Prestasi terbesarnya mereka.
* Kami mencari tahu apa yang membuat mereka bahagia. Kami Mencari industri tahu APA Yang Bahagia Membuat mereka.
* Kami meminta apa kenangan favorit mereka dari keluarga mereka. Kami bertanya APA Kenangan favorit mereka Dari Keluarga mereka.
* Kami mencari tahu bagaimana orang tua adalah orang tua - apa yang mereka lihat kualitas terbaik mereka sebagai. Kami Mencari industri tahu bagaimana Orang Tua Orang tua adalah - APA Yang mereka modem.jpg KUALITAS Terbaik mereka pelanggaran tersebut.
* Kami mengetahui apakah keluarga memiliki aturan khusus Kami industri tahu apakah Mencari Keluarga memiliki aturan Khusus
* Kita menemukan siapa teman-teman mereka, yang mereka panggil ketika mereka membutuhkan bantuan atau ingin bicara, dan yang mereka anggap mendukung. Kami menemukan Siapa Teman-Teman mereka, Yang mereka panggil ketika mereka membutuhkan bantuan atau Ingin Bicara, dan Yang mendukung mereka anggap.
* Kami mencari tahu bagaimana keluarga telah menyenangkan, apa yang mereka suka lakukan. Kami Mencari industri tahu bagaimana Keluarga telah menyenangkan, APA Yang mereka suka lakukan.
* Kami bertanya tentang tradisi atau peristiwa budaya yang mereka berpartisipasi dalam, dan bagaimana mereka melakukan hal ini. Kami bertanya Tentang KESAWAN Tradisi atau sector Peristiwa Yang mereka berpartisipasi, dan bagaimana mereka melakukan Suami hal.
* Kami mencari tahu tentang nilai-nilai khusus atau keyakinan bahwa mereka belajar dari orang tua mereka atau orang lain industri tahu Kami Mencari Tentang Nilai-Nilai Khusus atau keyakinan bahwa mereka belajar Dari Orang tua mereka atau Orang lain
* Kami bertanya tentang koneksi mereka kepada komunitas iman atau jika dan bagaimana mereka menyembah koneksi Tentang Kami bertanya kepada mereka atau jika Komunitas iman dan bagaimana mereka beribadah

date Kamis, 11 November 2010

0 komentar to “Dimensi Kependudukan Dalam Pembangunan Berkelanjutan”

Leave a Reply: